Bagaimana Gereja menyikapi wabah virus Covid-19 di Hong Kong?

cdc-L0jLHqF7Q94-unsplash1.jpg

Sebagai Gembala jemaat, saya mencoba mengungkapkan isi hati dalam tugas penggembalaan seperti yang tertuang dalam tulisan di bawah ini.

Begitu dipastikan bahwa ada ada pasien yang terdeteksi kena virus Corona / Covid-19 ini, lalu RS mulai menampung penderita yang perlu diisolasi, saran petunjuk tentang karakter virus ini dan cara penularannya serta penanggulangannya bermunculan di sosmed, diteruskan keadaan panik di masyarakat sampai yang kemudian dilanjutkan dengan penutupan perbatasan dengan China. Berikutnya beberapa negara mulai melakukan travel ban dengan Hong Kong / China, pemerintah Hong Kong menghimbau untuk tidak berkumpul dalam jumlah bilangan orang banyak, sekolah-sekolah diliburkan dengan beberapakali perpanjangan waktu libur; maka bisa dimengerti bagaimana masyarakat pada umumnya menyikapi atas apa yang terjadi saat ini dengan melakukan :

  • Semua memakai masker, baik yang sakit maupun yang sehat

  • Bahkan yang tidak memakai masker akan dicurigai, dihindari bahkan sampai dipaksa untuk menggunakan masker oleh pihak-pihak yang tidak setuju / menyukai hal ini

  • Rumah sakit menutup diri dari pengunjung yang ingin menengok keluarganya yang dirawat di rumah sakit tersebut

  • Harga masker jadi tak terkendali di pasar menjadi barang komoditi

  • Kepanikan masyarakat yang memborong barang-barang kebutuhan sehari-hari di pasar/supermarket

Sampai di sini, maka mulailah dilema yang dihadapi oleh pihak Gereja yang mana mau tidak mau harus dihadapi, seperti :

  • Rasa takut jemaat, dan juga majikan dari setiap jemaat untuk mengijinkan domestic helper yang bekerja di Hong Kong ini, untuk hadir beribadah di gereja

  • Jumlah kegiatan dan juga kehadiran di Ibadah Raya menurun drastis dengan segala konsekuensi nya.

  • Pertanyaan dari para majikan kepada anggota gereja atas sikap gereja yang tetap membuka kegiatan Ibadah bagi jemaatnya, begitu pula masyarakat awam pada umumnya, ditambah dengan bumbu-bumbu berita dari luar negeri seperti Korea misalnya.

  • Himbauan dari pihak pemerintah yang ditujukan kepada kegiatan yang mencakup jumlah banyak orang dan pencegahan resiko penularan akan virus ini, termasuk gereja.

Inilah yang harus dihadapi sebagai Gembala Jemaat bagaimana harus menyikapinya. Apakah harus :

  • Dengan iman menghadapi semua ini dengan segala resiko yang akan dihadapinya

  • Atau menutup ibadah / kegiatan gereja agar terhindar dari resiko penularan seperti yang dikehendaki oleh masyarakat dan tidak sampai jadi tumpuan kesalahan bila terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki nanti.

Maka sampailah kita kepada satu kata dalam Alkitab, yaitu : IMAN

Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. 

Bagi saya pribadi, iman adalah sesuatu yang bersifat pribadi, dengan takaran yang tidak sama satu dengan yang lain, dan iman ini tidak bisa dipaksakan kepada orang lain, tetapi bisa di’tular’kan kepada yang lain. Kita bisa perkatakan iman kita, dalam proses tular, atau transfer, istilah yang lebih enak didengar kan, dengan resiko orang bisa salah menilai bahwa itu bukan iman, tapi kesombongan. Siapa yang tahu hal yang sesungguhnya di dalam hati orang yang mengucapkannya ? Bukankah itu dia sendiri dan Tuhan yang melihat kedalaman hatinya ? Ber ‘hak’kah orang lain mengomentar atau bahkan menghakiminya ?

Pandangan saya pribadi :

I. IMAN yang kita perkatakan itu sebaiknya ditujukan kepada:
A. Diri sendiri.

2 Korintus 4:13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. 

B. Di hadapan Tuhan 

Matius 8:6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita."

Matius 8:7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya."

Matius 8:8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.

Matius 8:9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."

Matius 8:10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel.

Menjadi kesaksian bagi banyak orang yang mendengarnya.

II. Bagaimana kita menunjukkan IMAN kita itu kepada orang lain ? Melalui perbuatan.

Yakobus 2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."

Yakobus 2:26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. 

Kita masih berada di dunia, dan Tuhan menempatkan pemerintah dengan segala keputusannya sebagai wakil Allah di bumi ini.

Roma 13:1 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.

Roma 13:2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.

Matius 10:16 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. 

Bagaimana kita bertindak melaksanakan kegiatan gereja di tengah situasi yang seperti ini ? (sesuai Firman yang kita kupas di atas?)

Keputusan yang saya ambil adalah sbb :

  1. Gereja harus membuka diri kepada setiap jemaat, orang percaya yang rindu untuk mencari Allah dan beribadah kepadaNya, dalam segala situasi yang sedang terjadi seperti adanya demontrasi di kota, badai besar Typhoon 8 ke atas, juga virus yang sedang melanda negeri.

  2. Gembala punya tanggung jawab moral dan iman untuk membawa jemaat yang Tuhan percayakan tetap merasakan perlindungan, pendampingan dan merasakan hadirat Tuhan, Allah yang kita percayai, kita andalkan, menjadi perlindungan yang teguh bagi kehidupan setiap orang yang percaya.

  3. Memberi pelayanan semaksimum mungkin bersama team dengan iman yang sama , peralatan yang ada dan jika mampu dan perlu melakukan “live Streaming” untuk menjangkau mereka yang tidak bisa hadir, apapun alasan mereka absen.

  4. Bagi yang tak punya iman, kuatir, takut saya berkata dengan tegas ; tak usah datang ke ibadah !! Orang yang bimbang ragu tak akan mendapatkan apa-apa. Yakobus 1:6 Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Lihat saja melalui layanan live streaming di saat-saat serius seperti ini.

  5. Bagi yang dilarang oleh majikan dimana mereka bekerja, taat , jangan pergi ke gereja, tunjukkan penundukan diri dengan tulus agar tak jadi batu sandungan, 1 Petrus 2:18 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.

  6. Cerdik dan tulus, iman kita tunjukkan dengan perbuatan kita dengan tetap melaksanakan prosedur standard yang telah ditetapkan oleh pihak pemerintah melalui departemen kesehatan dengan cara dan pengertian sbb :

  • Pada dasarnya virus itu hanya bisa menyerang manusia yang tidak / kurang sehat, 
    sebagaimana pernyataan para ahli selama ini. Pemakaian masker dianjurkan hanya 
    bagi mereka yang sakit agar tak mudah tertular dan juga jangan menulari orang lain; 
    serta bagi mereka yang kuatir tertular oleh orang lain yang tidak kita ketahui.

  • Kami tetap beribadah di gereja oleh karena akan lebih baik jika kami berada di gereja 
    dari pada berada di luar yang tidak jelas kondisi lingkungan nya seperti apa, apalagi 
    mereka adalah teman-teman kami yang satu gereja dan sudah kenal satu dengan 
    yang lain, yang mana kalau sakit tentunya tidak diperbolehkan oleh majikan untuk 
    keluar rumah atau langsung dibawa ke dokter.

  • Di Gereja juga disediakan disinfectan buat yang mau beribadah serta masker bagi 
    yang memerlukannya demi menjaga kebersihan serta dilakukan pengecekan suhu 
    tubuh dengan thermometer infra red yang disediakan.

  • Terlebih lagi kami membutuhkan ibadah yang memperkuat iman kami dan terus ber 
    doa bagi Hong Kong agar Tuhan jaga dan lindungi, bukan hanya kami sendiri, tapi juga 
    majikan dan keluarganya serta warga Hong Kong – China pada umumnya.

  • Berdoa dengan Mazmur 91 yang menjadi dasar iman kita, juga kita bagikan versi dalam 
    bahasa Chinese dan Inggris agar menjadi berkat bagi para majikan.

7. Pemakaian masker di Hong Kong bagi semua orang yang sudah menjadi kebiasaan sekarang ini, entah apapun alasannya, membuat kami semua jemaat Gereja Bethel Indonesia Hong Kong belajar untuk mengikutinya agar : 

  • Tak menjadi batu sandungan bahkan bikin takut orang lain) bagi banyak orang. 

  • Menghindari resiko /takut / kuatir ketularan dari orang-orang lain yang sedang sakit, yang ada di sekitar kita dalam perjalanan di luar rumah /di bus/di pasar/di restoran  yang sama sekali tidak kami kenal, yang jelas mereka semua berbeda dengan teman-teman kami di gereja yang telah kami kenal satu sama lain, yang mana kami  akan menjaga satu dengan yang lain kalau ada yang kurang sehat.

8. Anjuran agar tak bersentuhan secara fisik, pelukan, jabatan tangan kita batasi se-maksimal mungkin untuk mengurangi resiko penularan.

Jelas langkah-langkah semacam ini bisa membuat orang-orang yang “penuh iman” akan memandang perbuatan kita ini seperti orang yang “tak beriman”. Tak perlu sensitive mendengar komentar seperti ini , karena itulah “iman “ mereka yang tak bisa dipaksakan kepada orang lain. Hanya Tuhan yang tahu akan isi hati kita masing-masing , karena antara “iman “ dan “sombong” itu bedanya tipis. Biarlah Tuhan yang menjadi Hakim, jangan biarkan hati dan pikiran kita ikut menghakimi diri kita sendiri berdasar apa kata orang lain.

Demikianlah perjalanan iman, rohani, pelayanan di GBI Hong Kong sampai hari ini dan kami amat sangat percaya penyertaan & perlindungan Tuhan itu nyata dan luar biasa, sign and wonder kami percaya akan terjadi saat kami terus memberitakan namaNYA karena DIA berjanji :

Markus 16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. 16:16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. 16:17 Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, 16:18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." 16:19 Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. 16:20 Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. Amin. 

Hong Kong, 3 Maret 2020. 
Dalam kasihNYA yang besar, 
Pdt. Y. Bobby Indarwanto 
Gembala 

Previous
Previous

Persahabatan Yang Dilandasi Dengan Kasih