Identitas baru

Beberapa minggu yang lalu saya ditahbiskan sebagai Pelayan Jemaat di Tin Hau. Acara berjalan dengan lancarnya dari awal sampai selesai ibadah dan sesudah selesai ibadah saya langsung simpan badge pelayanan saya yang baru.  Hari Senin sampai Sabtu saya baca dan pelajari buku panduan pelayan jemaat.  Sabtu malam saya siapkan dan masukkan ke dalam tas semua perlengkapan yaitu sepatu dan seragam untuk pelayanan.

Keesokan harinya tibalah hari Minggu yang ditunggu-tunggu, saya bangun jam 5 pagi untuk memasak nasi buat makan siang di Cool.  Sambil menunggu nasi matang saya berkemas untuk berangkat ke gereja ikut menara doa.  Seperti biasa saya membawa dua tas, satu tas berisi piring dan nasi, serta tas satunya berisi barang pribadi.  Waktu menunjukan pk. 06.30 saya bergegas berangkat.  Sepanjang perjalanan saya merasa semua sudah lengkap tak ada yang tertinggal atau kurang.  Ketika sampai di gereja saya melihat teman mengisi absen dan saya baru sadar akan identitas diri saya yang baru dan seragam saya yang tertinggal di rumah.

Sejak saat itu saya terus mengingatkan pada diri sendiri bahwa identitas saya yang sekarang tidak sama identitas yang dulu. Minggu berikutnya saya harus ingat untuk membawa tas yang berisi seragam.  Puji Tuhan di hari Minggu berikutnya tak ada lagi barang saya yang tertinggal.

Setiap kita orang percaya Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamatnya, identitas kita adalah anak-anak Allah, bukan lagi anak-anak dunia.   Hidup kita juga jangan lagi serupa dengan kehidupan orang dunia.  Kita harus mencintai dan merenungkan firman-Nya dan hidup sesuai akan kebenaran firman Tuhan, penuh kasih terhadap sesama dan melayani Tuhan.  Ketika ada masalah dalam hidup kita jangan sampai melakukan hal-hal yang seperti orang dunia lakukan melainkan kita datang kepada Tuhan karena Dialah sumber pertolongan kita.  Identitas baru yang kita miliki adalah sebuah kasih karunia, bukan atas usaha kita sendiri tetapi Tuhanlah yang menyerahkan diri-Nya mati bagi kita  sehinga kita layak disebut anak Allah. Kita harus mengingatkan pada diri sendiri bahwa kita itu anak Tuhan, anak terang di tengah kehidupan dunia supaya kita tidak tercemar. Dimanapun keberadaan kita dan dimanapun kita melayani kita harus ingat dengan identitas diri kita supaya kita bisa membawa harum nama-Nya dan mendapat perkenanan-Nya.

1 Petrus 2:9 “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus , umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:”

1 Tesalonika 5:6 “Sebab itu baiklah jangan kamu tidur seperti orang-orang lain tetapi berjaga-jaga dan sadar.”

Tuhan Yesus memberkati,
Prapti – Tin Hau

Previous
Previous

Pelajaran dari lensa kamera

Next
Next

Tak terpisahkan