Kesaksian: Setia dalam perpuluhan
8 tahun yang lalu ketika saya masih berjemaat di GBI Hong Kong, guru KOM yang mengajar bertanya, “Setelah pulang ke Indonesia nanti, apa yang mau kalian kerjakan?” Saat itu saya menjawab, “Saya mau memproduksi lanting (red : cemilan terbuat dari singkong).” Lalu guru KOM meneguhkan dengan kata-kata yang sangat meyakinkan, “Amin, dalam nama Yesus itu akan terjadi.”
Setelah saya kembali ke Indonesia, sambil mengasuh anak bungsu saya yang berusia 2 tahun, saya bekerja di pabrik lanting dengan upah kurang lebih Rp. 2000,- per jam. Meskipun upah yang saya terima tidak besar, namun saya setia tetap mengembalikan perpuluhan. Saya berdoa minta penghasilan lebih kepada Tuhan. Puji Tuhan, doa saya dijawab, ada sedikit kenaikan pendapatan.
Suatu malam, ketika anak saya usia 3 tahun, saat saya sedang sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan, usaha apa yang sesuai dengan apa yang saya bisa dan saya suka, tiba-tiba muncul ide untuk produksi lanting. Saya langsung bertindak, dengan modal yang diperoleh dari hasil panen dan dapat arisan 2 kali, saya mulai usaha produksi lanting sendiri. Setiap hari saya menghitung keuntungan yang diperoleh dan tak lupa menyisihkannya untuk perpuluhan.
Saya pegang janji Tuhan dalam Malekhi 3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berka kepadamu sampai berkelimpahan. Adakalanya kesetiaan saya diuji, namun ketika pendapatan sedikit pun saya tetap setia mengembalikan perpuluhan.
Puji Tuhan sampai saat ini usaha lanting saya sudah berjalan hampir 5 tahun. Mulai secara kecil-kecilan hingga saat ini sudah bisa menjadi berkat, membuka lapangan pekerjaan bagi keluarga dan ibu-ibu di sekitar lingkungan kami.
Kesaksian dari Sdri. Zipora Widayati (Cilacap)